Langsung ke konten utama

BELAJAR MENURUT PANDANGAN ISLAM, PADA MASA PANDEMI COVID-19

Penulis : Muhammad Faiz Amali

NIM : 21086030046

BELAJAR MENURUT PANDANGAN ISLAM, PADA MASA PANDEMI COVID-19

Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT, sebagai khalifah di bumi, hal ini tentunya bertujuan untuk memimpin dunia. Oleh karena itu Allah memberikan nikmat berupa pancaindra yang begitu sempurna dan akal untuk berpikir. Bekal yang diberikan oleh Allah SWT senantiasa harus dijaga dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai kesempurnaan insani. Mencapai suatu kesempurnaan insani itu diperlukan yang namanya proses belajar.

Pada hakikatnya belajar memiliki makna memahami atau sebuah pemahaman terhadap berbagai persoalan hidup yang ditemui baik berupa informasi maupun pengalaman. Proses belajar pun bisa dilakukan baik secara individu maupun berkelompok. Belajar juga merupakan suatu proses yang dapat mengubah tingkah laku sebagai hasil dari pengaruh lingkungan disekitar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam perspektif agama (Islam) belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap individu yang beriman dalam memperoleh ilmu pengetahuan sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan derajat kehidupan.

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ

Artinya: “…. Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu.” (Q.S. al-Mujadalah : 11)

Ilmu dalam ayat di atas tidak hanya sekedar mencari ilmu agama, tetapi juga ilmu-ilmu lain yang sekiranya masih relevan terhadap kemajuan zaman, tentunya ilmu-ilmu yang bermakna positif dan bermanfaat.

Lalu, bagaimana konsep belajar dalam perspektif Islam?

Konsep belajar dalam Islam tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan secara rasional saja, tetapi mencakup seluruh kebutuhan jasmani dan rohani secara seimbang. Oleh sebab itu, manusia sejak lahir telah memiliki potensinya masing-masing yang harus senantiasa dikembangkan.

Proses belajar itu sendiri telah ada sejak diciptakannya Adam sebagai manusia di bumi. Adam pun diperkenalkan dengan asma’ (nama-nama) Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Al- Baqarah. 31-33, yang berbunyi: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” 32. Mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini.” Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyika”
           Dalam ayat di atas Adam diperkenalkan oleh Allah nama-nama tersebut dengan bahasa. sehingga Adam mampu mengungkapkan konsep dan pengertian, ia mempelajari apa yang ada di sekitarnya sebagai salah satu sumber pengetahuan. Begitupun dengan ayat pertama yang diturunkan Allah dalam QS. al-Alaq, kata “Iqra”…. yang artinya membaca. Ayat tersebut mengisyaratkan pula akan karunia yang diberikan Allah kepada manusia dengan diciptakannya kemampuan untuk mempelajari bahasa, bacaan, tulisan, dan pengetahuan.

Adapun metode yang lain ditawarkan Islam dalam belajar adalah berfikir. Sistem belajar dengan metode berfikir ini bisa dalam bentuk diskusi. Sebagaimana dalam Al-Qur‟an telah menjelaskan tentang musyawarah: “Dan musyawarahlah dengan mereka dalam urusan bersama”. (Q-S; Ali Imran: 159). Berdiskusi merupakan hal yang seharusnya tidak asing lagi bagi pelajar ataupun mahasiswa.

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas 2020 dilakukan di tengah wabah Covid-19. Kemendikbud secara khususnya mengangkat “Belajar dari Covid-19″ sebagai tema Hardiknas 2020.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengajak seluruh insan pendidikan di tanah air mengambil hikmah dan pembelajaran dari krisis Covid-19. “Belajar memang tidak selalu mudah, tetapi inilah saatnya kita berinovasi. Saatnya kita melakukan berbagai eksperimen. Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari Covid-19,” pesan Mendikbud Nadiem. “Saat ini kita sedang melalui krisis Covid-19. Krisis yang memakan begitu banyak nyawa. Krisis yang menjadi tantangan luar biasa bagi negara kita dan seluruh dunia,” ujar Mendikbud Nadiem. Namun ia menambahkan, “Dari krisis ini kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya.

Terciptanya solidaritas yang semakin kuat antara murid, guru dan orang tua. Memupuk rasa empati yang tinggi merupakan suatu pembelajaran yang harus kita kembangkan disaat kritis seperti ini maupun hingga pandemi berakhir. Jadikan segala keterbatasan ini menjadi acuan untuk meningkatkan usaha serta do’a agar semua dapat segera membaik. Mari belajar dari sebuah pengalaman, satukan tujuan agar tercipta negeri yang aman.

 

Sumber: Jurnal Sakilah – Belajar dalam Perspektif Islam Kaitannya dengan Psikologi Belajar:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Welcome To Campus Merdeka

Nama                  : Muhammad Faiz Amali NIM                    : 21086030046 Mata Kuliah    : Tafsir dan Hadis Tarbawi Pengampu           : Dr. Faqihuddin Abdul Kodir, M.A   Welcome To Campus Merdeka             Selama ini pada dasarnya sebuah kampus sendiri menerapkan sistem pembelajaran dengan SKS yang hampir keseluruhan mengharuskan adanya kegiatan belajar didalam kelas. Ini menunjukkan kurangnya kemerdekaan belajar yang harus dijalankan oleh setiap mahasiswa dalam melakukan pembelajarannya.   Apa itu Merdeka belajar?                       Merdeka belajar adalah memberi kebebasan dan otonomi kepada  lembaga pendiikan, dan merdeka  dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi vang berbelit sert...